“Sebelum masuk surga, terlebih dahulu kita melewati jembatan yang membentang. Ada yang melewatinya secepat kilat, berlari, atau berjalan. Ada yang tertatih sampai ribuan tahun, bahkan ada pula yang jatuh sebelum jembatan terpasang. Siapakah mereka?”
Setiap
hari, kita melafalkan bacaan surah Al-Fatihah, ayat 5 yang berbunyi, “tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalan
keselamatan” . Shirat yang secara harfiah diartikan sebagai titian
(jembatan) adalah yang menentukan akan selamatkah kita dari jilatan api neraka.
Bagaimana kita bisa selamat darinya?
TAJAM SEPERTI PEDANG
Diriwayatkan kembali oleh Ibnu al-Mubarok dari Auf,
dari Abdullah bin Stafiq al-Uquaili
bahwa, “Pada hari kiamat nanti manusia akan melewati shirat menurut kadar iman dan amal-amal mereka. Ada orang yang
melewatinya dalam sekejap mata karena cepatnya. Ada yang seperti anak panah
yang dibidikkan. Ada yang seperti seekor burung. Ada yang seperti larinya
seekor kuda pilihan yang disimpan untuk pacuan. Ada yang seperti berjalan kaki
biasa, sampai ada yang berjalan meskipun dengan cara merangkak.”
Uraian
diatas juga dikemukakan oleh Al Baihaqi bahwa Rasulullah bersabda, “..Di antara mereka
ada yang dihadapkan dengan diberi cahaya ada yang sebesar gunung, ada yang
lebih besar lagi, ada yang diberi cahaya sebesar pohon kurma, bahkan ada yang
diberi cahay lebih kecil dari ibu jari kakinya, yang terkadang menyala
terkadang padam. Apabila menyala ia melangkah, apabila padam ia berhenti. Lalu
mereka semua melewati jembatan, jembatan itu bagai pedang yang tajam dan sangat
licin. Kepada mereka dikatakan, “Pergilah menurut kadar cahayamu!” diantara
mereka ada yang terbang laksana bintang menukik, ada yang melayang bagaikan
angin, ada yang sampai ke sebrang dalam sekejap mata, dan ada yang lewat
seperti jalan cepat. Ada pula yang lewat yang diberi cahya sebesar ibu jari
kakinya. Tangannya yang satu lepas, sementara yang satunya lagi berpegangan.
Kakinya satu melangkah dan yang satunya berpijak. Api menyambar di
kanan-kirinya.” Dari riwayat itu, kita dapat memahami bahwa cahya dan rahmat
Allah-lah yang akan menentukan setiap manusia akankah ia selamat atau
terjungkal dalam neraka yang kelam.
Riwayat
lain menambahkan bahwa ada yang bertanya, “Ya Allah, kenapa Engkau lambatkan
aku?” Allah menjawab, “Bukan Aku yang melambatkanmu melainkan amal-amalmu
sendiri.” Diriwayatkan dalam kitab, bahwa pada saat itu ketakutan melanda siapa
saja. Ketika tiba giliran umat Rasulullah SAW., mereka berseru memanggil,
“Wahai Muhammad! Wahai Muhammad! Begitu dahsyatnya huru-hara serta malapetaka
yang terjadi pada satt itu. Orang-orang durhaka berjatuhan dari kanan dan kiri
jembatan. Sementara dibawahnya, malaikat sudah menyambut mereka dengan
rantai-rantai dan belenggu seraya berkata kepada mereka dengan nada mencemooh.
“bukankah
dahulu kalian dilarang untuk berbuat dosa? Bukankah dahulu kalian sudah
ditakut-takuti dengan adanya neraka? Bukankah dahulu kalian sudah diberi
peringatan? Dan, bukankah dahulu sudah datang kepada kalian seorang nabi
pilihan?” riwayat ini juga dituturkan Abdul
Faraj Ibnul Jauzi dalam kitabnya Raudhah al Musytag wa al-Tharig lla al-Muluk
Al Khallaq.
SAMPAI 100 TAHUN
Menurut beberapa ulama,
sebelum kita melewati shirat, manusia akan ditanya di tujuh jembatan yang
sebelumnya. Di jembatan pertama, ia akan ditanya tentang iman kepada Allah,
yaitu kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT.
Dijembatan yang kedua, akan ditanya tentang shalat. Jika ia datang dengan
membawanya secara sempurna, ia bisa melanjutkan dalam perjalanan berikutnya
menuju jembatan ketiga.
Di
jembatan ke tiga, ia akan ditanya tentang puasa Ramadhan. Di jembatan ke empat,
ia akan ditanya tentang zakat, jembatan ke lima tentang haji dan umrah,
jembatan ke enam tentang mandi jinabat dan wudhu dan jembatan terakhir adalah
jembatan yang paling sulit ia akan ditanya tentang kezaliman-kezaliman yang
pernah dilakukannya terhadap sesama manusia.
Timbul pertanyaan
di benak kita, seperti apa sebenarnya shirat itu? Ada sementara orang yang
berpendapat bahwa mengenai shirat yang menggambarkan lebih halus dari pada
rambut dan lebih tajam dari pada pedang adalah shirat yang berlaku pada
orang-orang yang durhaka. Sedangkan bagi orang yang taat keadaanya tidak
demikian, malah digambarkan seperti orang yang berjalan di lembah yang luas.
Menurut
hadist Imam Muslim, orang yang
mula-mula menyebrangi shirat adalah Nabi
Muhammad SAW. Dan ucapannya adalah Allahumma
Sallim (Ya Allah selamatkanlah!). Abu
Hamid al-Ghazali dalam kitabnya Kasyfu Ulum al Akhirat mengatakn bahwa :
“Selanjutnya terlihat dengan jelas Tuhan Yang Maha Suci, dalam bentuk yang
tidak pernah m ereka kenali maupun tidak pernah mereka dengar. Mereka semua
sujud kepada-Nya. Allah SWT membawa mereka melewati shirat. Pada saat itu
manusia berbaris berombongan. Ada rombongan para Rasul, rombongan para Nabi, rombongan
orang-orang yang jujur, rombongan orang-orang yang mati syahid,
rombongan-rombongan orang-orang yang mengenal Allah SWT, lalu rombongan
orang-orang yang muslim.
Diantara
mereka ada yang berjalan dengan muka terbalik, ada yang berjalan seperti biasa,
mereka adalah yang mempunyai kesempurnaan iman. Namun ada juga yang melewati
shirat selama seratus tahun, bahkan ada yang sampai seribu tahun.
Disebutkan
dalam riwayat lain, bahwa di kedua tepi dinding shirat tersebut terdaapat
kail-kail yang tajam bergantungan yang diperintah Allah SWT untuk menarik siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Ada yang tergores lecet tapi selamat. Dan ada yang
tersangkut lalu jatuh ke dalam jurang neraka. Sedangkan kedalaman jurang nerak
jahanam itu adalah sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.
Iman Muslim juga meriwayatkan hadist dari Absul Sa’id al Khaudri , “Kemudaian
dipasangkan jembatan di atas neraka jahanam dan syafaat pun diberlakukan.
Mereka berdo’a, “Ya Allah, tolong selamatkan..!” seorang sahabat bertanya
“Wahai Rasulullah jembatan apa itu?” Beliau menjawab “Sebuah jembatan yang
membuat orang gampang tergelincir. Di dalamnya terdapat beberapa kail yang
tajamnya bagai duri Sa’dan. Orang-orang yang beriman melintasinya. Ada yang
sekejap mata saja, ada yang secepat kilat, ada yang seperti angin, ada yang
seperti burung, ada yang seperti kuda-kuda pilihan, ada yang selamat, ada yang
tergores, dan ada yang tersangkut lalu terjatuh ke dalam neraka jahanam”
TIDAK MELEWATI SHIRAT
“Pada hari Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman
bersamaNya, ketika cahaya mereka bersinar di hadapn dan di sebelah kanan mereka
seraya berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah cahaya kami. Sesungguhnya Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim:8)
Hasan al-Bashri dan lain-lain mengatakan
bahwa do’a itu diucapkan oleh orang-orang mukmin pada hari kiamat ketika mereka
melihat cahaya orang-orang munafik telah dipadamkan.
Kelak,
di padang mahsyar, tempat dimana manusia dikumpulkan dibagi menjadi dua
golongan. Golongan pertama adlah orang-orang mukmin yang hanya menyembah Allah
SWT tanpa menyekutukannya dengan apapun. Mereka adalah orang-orang yang selama
hidupnya selalu berpegang teguh dan berserah diri kepada Allah SWT. Dan
golongan kedua, yakni orang-orang kafir dan musyrik yang tidak menyembah Allah
SWT, dan menyekutukannya, mereka jatuh ke dalam neraka sebelum jembatan
dipasang.
Hal ini
tertulis dalah hadist Shahih Bukhari dan Muslim yang jelas mengatakan bawa
setiap orang dari golongan ahlu al-kita yang mneyembah sesuatu selain Allah
SWT, seperti Isa al-Masih dan Uzair akan mengikuti orang-orang musyrik: jatuh
ke dalam neraka sebelum dipasangkan jembatan. Dan orang-orang musyrik yang
mneyembah matahari, berhala, bulan dan lainnya akan jatuh bersama sembahannya. Nauzubillah.
Wallahu’alam bil shawab.
Sumber : (Hidayah edisi 47)
Semoga postingan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi yang membacanya ^^ #AMIN
#SY
cerita-cerita di buku hidayah sangat menarik untuk dipost, untuk selanjutnya bisakah posting tentang kejadian yg nyata untuk menjadi pembelajaran :-)
BalasHapus