Sabtu, 07 Maret 2015

ALAM GHAIB : MELEWATI SHIRAT DI HARI PEMBALASAN



“Sebelum masuk surga, terlebih dahulu kita melewati jembatan yang membentang. Ada yang melewatinya secepat kilat, berlari, atau berjalan. Ada yang tertatih sampai ribuan tahun, bahkan ada pula  yang jatuh sebelum jembatan terpasang. Siapakah mereka?”


                Setiap hari, kita melafalkan bacaan surah Al-Fatihah, ayat 5 yang berbunyi, “tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalan keselamatan” . Shirat yang secara harfiah diartikan sebagai titian (jembatan) adalah yang menentukan akan selamatkah kita dari jilatan api neraka. Bagaimana kita bisa selamat darinya?

         TAJAM SEPERTI PEDANG

                Diriwayatkan kembali oleh Ibnu al-Mubarok  dari Auf, dari Abdullah bin Stafiq al-Uquaili bahwa, “Pada hari kiamat nanti manusia akan melewati shirat menurut kadar  iman dan amal-amal mereka. Ada orang yang melewatinya dalam sekejap mata karena cepatnya. Ada yang seperti anak panah yang dibidikkan. Ada yang seperti seekor burung. Ada yang seperti larinya seekor kuda pilihan yang disimpan untuk pacuan. Ada yang seperti berjalan kaki biasa, sampai ada yang berjalan meskipun dengan cara merangkak.”
                Uraian diatas juga dikemukakan oleh  Al Baihaqi  bahwa Rasulullah bersabda, “..Di antara mereka ada yang dihadapkan dengan diberi cahaya ada yang sebesar gunung, ada yang lebih besar lagi, ada yang diberi cahaya sebesar pohon kurma, bahkan ada yang diberi cahay lebih kecil dari ibu jari kakinya, yang terkadang menyala terkadang padam. Apabila menyala ia melangkah, apabila padam ia berhenti. Lalu mereka semua melewati jembatan, jembatan itu bagai pedang yang tajam dan sangat licin. Kepada mereka dikatakan, “Pergilah menurut kadar cahayamu!” diantara mereka ada yang terbang laksana bintang menukik, ada yang melayang bagaikan angin, ada yang sampai ke sebrang dalam sekejap mata, dan ada yang lewat seperti jalan cepat. Ada pula yang lewat yang diberi cahya sebesar ibu jari kakinya. Tangannya yang satu lepas, sementara yang satunya lagi berpegangan. Kakinya satu melangkah dan yang satunya berpijak. Api menyambar di kanan-kirinya.” Dari riwayat itu, kita dapat memahami bahwa cahya dan rahmat Allah-lah yang akan menentukan setiap manusia akankah ia selamat atau terjungkal dalam neraka yang kelam.
                Riwayat lain menambahkan bahwa ada yang bertanya, “Ya Allah, kenapa Engkau lambatkan aku?” Allah menjawab, “Bukan Aku yang melambatkanmu melainkan amal-amalmu sendiri.” Diriwayatkan dalam kitab, bahwa pada saat itu ketakutan melanda siapa saja. Ketika tiba giliran umat Rasulullah SAW., mereka berseru memanggil, “Wahai Muhammad! Wahai Muhammad! Begitu dahsyatnya huru-hara serta malapetaka yang terjadi pada satt itu. Orang-orang durhaka berjatuhan dari kanan dan kiri jembatan. Sementara dibawahnya, malaikat sudah menyambut mereka dengan rantai-rantai dan belenggu seraya berkata kepada mereka dengan nada mencemooh.
                “bukankah dahulu kalian dilarang untuk berbuat dosa? Bukankah dahulu kalian sudah ditakut-takuti dengan adanya neraka? Bukankah dahulu kalian sudah diberi peringatan? Dan, bukankah dahulu sudah datang kepada kalian seorang nabi pilihan?” riwayat ini juga dituturkan Abdul Faraj Ibnul Jauzi  dalam kitabnya Raudhah al Musytag wa al-Tharig lla al-Muluk Al Khallaq.

                SAMPAI 100 TAHUN

                Menurut beberapa ulama, sebelum kita melewati shirat, manusia akan ditanya di tujuh jembatan yang sebelumnya. Di jembatan pertama, ia akan ditanya tentang iman kepada Allah, yaitu kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT. Dijembatan yang kedua, akan ditanya tentang shalat. Jika ia datang dengan membawanya secara sempurna, ia bisa melanjutkan dalam perjalanan berikutnya menuju jembatan ketiga.
                Di jembatan ke tiga, ia akan ditanya tentang puasa Ramadhan. Di jembatan ke empat, ia akan ditanya tentang zakat, jembatan ke lima tentang haji dan umrah, jembatan ke enam tentang mandi jinabat dan wudhu dan jembatan terakhir adalah jembatan yang paling sulit ia akan ditanya tentang kezaliman-kezaliman yang pernah dilakukannya terhadap sesama manusia.
                Timbul pertanyaan di benak kita, seperti apa sebenarnya shirat itu? Ada sementara orang yang berpendapat bahwa mengenai shirat yang menggambarkan lebih halus dari pada rambut dan lebih tajam dari pada pedang adalah shirat yang berlaku pada orang-orang yang durhaka. Sedangkan bagi orang yang taat keadaanya tidak demikian, malah digambarkan seperti orang yang berjalan di lembah yang luas.
                Menurut hadist Imam Muslim, orang yang mula-mula menyebrangi shirat adalah Nabi Muhammad SAW. Dan ucapannya adalah Allahumma Sallim (Ya Allah selamatkanlah!). Abu Hamid al-Ghazali  dalam kitabnya Kasyfu Ulum al Akhirat mengatakn bahwa : “Selanjutnya terlihat dengan jelas Tuhan Yang Maha Suci, dalam bentuk yang tidak pernah m ereka kenali maupun tidak pernah mereka dengar. Mereka semua sujud kepada-Nya. Allah SWT membawa mereka melewati shirat. Pada saat itu manusia berbaris berombongan. Ada rombongan para Rasul, rombongan para Nabi, rombongan orang-orang yang jujur, rombongan orang-orang yang mati syahid, rombongan-rombongan orang-orang yang mengenal Allah SWT, lalu rombongan orang-orang yang muslim.
                Diantara mereka ada yang berjalan dengan muka terbalik, ada yang berjalan seperti biasa, mereka adalah yang mempunyai kesempurnaan iman. Namun ada juga yang melewati shirat selama seratus tahun, bahkan ada yang sampai seribu tahun.
                Disebutkan dalam riwayat lain, bahwa di kedua tepi dinding shirat tersebut terdaapat kail-kail yang tajam bergantungan yang diperintah Allah SWT untuk menarik siapa saja yang dikehendaki-Nya. Ada yang tergores lecet tapi selamat. Dan ada yang tersangkut lalu jatuh ke dalam jurang neraka. Sedangkan kedalaman jurang nerak jahanam itu adalah sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.
                Iman Muslim  juga meriwayatkan hadist dari  Absul Sa’id al Khaudri , “Kemudaian dipasangkan jembatan di atas neraka jahanam dan syafaat pun diberlakukan. Mereka berdo’a, “Ya Allah, tolong selamatkan..!” seorang sahabat bertanya “Wahai Rasulullah jembatan apa itu?” Beliau menjawab “Sebuah jembatan yang membuat orang gampang tergelincir. Di dalamnya terdapat beberapa kail yang tajamnya bagai duri Sa’dan. Orang-orang yang beriman melintasinya. Ada yang sekejap mata saja, ada yang secepat kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang seperti kuda-kuda pilihan, ada yang selamat, ada yang tergores, dan ada yang tersangkut lalu terjatuh ke dalam neraka jahanam”

                TIDAK MELEWATI SHIRAT

                Pada hari Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamaNya, ketika cahaya mereka bersinar di hadapn dan di sebelah kanan mereka seraya berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah cahaya kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim:8)
                Hasan al-Bashri dan lain-lain mengatakan bahwa do’a itu diucapkan oleh orang-orang mukmin pada hari kiamat ketika mereka melihat cahaya orang-orang munafik telah dipadamkan.
                Kelak, di padang mahsyar, tempat dimana manusia dikumpulkan dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama adlah orang-orang mukmin yang hanya menyembah Allah SWT tanpa menyekutukannya dengan apapun. Mereka adalah orang-orang yang selama hidupnya selalu berpegang teguh dan berserah diri kepada Allah SWT. Dan golongan kedua, yakni orang-orang kafir dan musyrik yang tidak menyembah Allah SWT, dan menyekutukannya, mereka jatuh ke dalam neraka sebelum jembatan dipasang.
                Hal ini tertulis dalah hadist Shahih Bukhari dan Muslim yang jelas mengatakan bawa setiap orang dari golongan ahlu al-kita yang mneyembah sesuatu selain Allah SWT, seperti Isa al-Masih dan Uzair akan mengikuti orang-orang musyrik: jatuh ke dalam neraka sebelum dipasangkan jembatan. Dan orang-orang musyrik yang mneyembah matahari, berhala, bulan dan lainnya akan jatuh bersama sembahannya. Nauzubillah.
                Wallahu’alam bil shawab.

Sumber : (Hidayah edisi 47) 

Semoga postingan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi yang membacanya ^^ #AMIN

#SY

 

1 komentar:

  1. cerita-cerita di buku hidayah sangat menarik untuk dipost, untuk selanjutnya bisakah posting tentang kejadian yg nyata untuk menjadi pembelajaran :-)

    BalasHapus